Halsel, InfoPublik – Harita Nickel secara konsisten telah menerapkan prinsip Environment, Social dan Government (ESG) melalui program rehabilitasi mangrove di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Tak ayal, komitmen grup perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi yang beroperasi di Pulau Obi ini menuai pujian.
Apresiasi disampaikan oleh tim dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam kunjungan kerjanya ke site Harita Nickel di Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan, pada Sabtu-Minggu, 20-21 Mei 2023.
Fatma Puspitasari, Koordinator Pengendalian Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan Kemenko Marves, mengatakan, kunker yang dilakukan oleh tim dari tiga kementerian itu dalam rangka monitoring dan evaluasi Nota Kesepakatan Bersama (NKB) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Rehabilitasi Mangrove untuk mendukung pemenuhan target nasional 600.000 ha lahan mangrove pada tahun 2024.
Fatma menyampaikan apresiasi kepada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (PT TBP), entitas bisnis Harita Nickel selaku pemegang mandat Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Obi, yang telah melaksanakan program kemitraan dengan pemerintah melalui skema tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut.
Bahkan, tegasnya, kegiatan sejenis telah dilakukan oleh PT TBP sebelum penandatanganan NKB dan PKS rehabilitasi mangrove dengan Kemenko Marves pada 17 November 2022. Sejak tahun 2021, imbuhnya, perusahaan telah bermitra dengan Universitas Khairun Ternate melakukan rangkaian kegiatan penanaman dan rehabilitasi mangrove dengan memberdayakan masyarakat lokal.
Menurutnya, rehabilitasi mangrove dan berbagai program pelestarian lingkungan yang telah dijalankan perusahaan menjadi bukti komitmen Harita Nickel terhadap tata kelola bisnis yang berkelanjutan sesuai prinsip ESG. “Tentunya hal ini juga menjadi nilai tambah bagi PT TBP sebagai perusahaan publik,” ungkapnya.
Apresiasi juga disampaikan kepada seluruh perusahaan dalam unit bisnis Harita Nickel yang telah melaksanakan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat sekitar.
Adapun evaluasi yang diberikan, tim merekomendasikan agar perusahaan melakukan kajian lebih lanjut terkait lokasi penanaman mangrove yang dituangkan dalam rencana teknis. Hal ini penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan bibit mangrove, khususnya di pesisir yang berhadapan langsung dengan laut.
Koordinator Restorasi Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P4K) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Hery Gunawan Daulay menekankan pentingnya mangrove bagi ekologi laut. Dikatakan, mangrove berfungsi sebagai buffer zone atau daerah penyangga untuk melindungi wilayah pesisir dari kerusakan.
“Kalau kita mau lihat ikan dan biota laut berkembang dengan baik, tentunya kita perlu menjaga ekologi laut dengan menjaga ekosistem pesisir. Berlimpahnya ikan dan biota laut ini bisa dimanfaatkan secara ekonomi oleh masyarakat, tentunya dengan tidak berlebihan,” terangnya.
Lebih jauh, pihaknya mendorong program rehabilitasi mangrove yang telah dijalankan Harita Nickel dapat terus berlanjut sehingga luasan lahan mangrove dapat terus bertambah dari tahun ke tahun.
“Kita mendorong perusahaan untuk melestarikan ekosistem pesisir dengan berbagai cara. Bukan hanya mangrove, tapi bisa juga terumbu karang dan lamun. Kita tadi lihat potensi lamunnya di sana tinggi juga,” ungkapnya saat melakukan monitoring di lokasi penanaman mangrove di kawasan pesisir Desa Soligi, Kecamatan Obi.
Sementara itu, Environmental Marine Compliance Manager Harita Nickel, Windy Prayogo mengatakan program rehabilitasi mangrove sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan, secara konsisten terus dilakukan oleh perusahaan hingga sekarang.
Diterangkan, total lahan yang telah ditanam mangrove per awal tahun 2023 seluas 23,73 ha dengan total mangrove yang telah ditanam sedikitnya 40 ribu bibit. Program rehabilitasi mangrove ini tersebar di empat lokasi di Kabupaten Halmahera Selatan, meliputi Desa Soligi di Kecamatan Obi, Desa Awango dan Belang-Belang di Kecamatan Bacan dan Desa Guruapin di Kecamatan Kayoa.
Director of Health, Safety and Environment Harita Nickel Tonny H Gultom memaparkan, sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan rehabilitasi mangrove untuk melestarikan ekosistem pesisir sehingga dapat memberikan manfaat baik bagi lingkungan maupun masyarakat.
Menurut Tonny, diperlukan kolaborasi banyak pihak dalam mensukseskan program rehabilitasi mangrove. Karenanya Harita Nickel bekerja sama dengan akademisi dan pemerintah, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar dalam kegiatan pembibitan, penanaman dan pemantauan kondisi mangrove secara mandiri di lapangan. “Harapannya hutan mangrove yang berhasil direhabilitasi akan menjadi sumber penghidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Tonny.
Selain rehabilitasi mangrove, perusahaan juga melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian ekologi luat. Disebutkan, program pemantauan laut yang dilakukan mencakup pemantauan kualitas air laut, kualitas sedimen laut, dan biota laut yang meliputi plankton, benthos, terumbu karang dan ikan karang. Dia menegaskan, pelaksanaan program ini didukung dengan wahana dan peralatan pemantauan laut dengan teknologi yang teruji.
Ditambahkan, perusahaan yang telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui entitas PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), awal bulan April lalu meraih status taat terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku Utara.
Tentang Harita Nickel
Harita Nickel merupakan bagian dari Harita Group yang mengoperasikan pertambangan dan hilirisasi terintegrasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Selain memiliki IUP Pertambangan, perusahaan sejak 2016 telah memiliki pabrik peleburan (smelter) nikel saprolit dan sejak 2021 juga memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (refinery) nikel limonit di wilayah operasional yang sama. Kedua fasilitas tersebut hadir untuk mendukung amanat hilirisasi dari pemerintah Indonesia dengan memanfaatkan hasil tambang nikel dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NKCL) dan Gane Permai Sentosa (GPS). Melalui Halmahera Persada Lygend (HPAL), Harita Nickel menjadi pionir di Indonesia dalam pengolahan dan pemurnian nikel limonit (kadar rendah) dengan teknologi High Pressure Acid Leach.
Teknologi ini mampu mengolah nikel limonit yang selama ini tidak dimanfaatkan menjadi produk bernilai strategis, yaitu Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Dengan tahap proses berikutnya yang juga sedang dikembangkan oleh Harita Nickel, MHP akan diolah lebih lanjut menjadi Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik. (MC Kab. Halsel).
Sumber: Info Publik